KISAH SITI MASYITOH"
Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh...
Alhamdulillah.
Alhamdulillah. Arsala rosu lahu bilhuda. Wadinilhaqq. Liyuz hiro alad dinikullih.
Wakafa billahi sahida. Ashaduallailahaillallah. Waashaduanna muhammadar rosulullah.
Allazi. La nabiya bakdah. Ammabakdu.
Alhamdulillah.
Bersukur kita kepada Allah. Atas segala limpahan rahmat dan karunianya.
Sehingga kita telah bisa hadir diruangan masjid yang mulia ini.
Kemudian
solawat dan salam, berupa do’a “ Allahumma solli ala Muhammad waala alihi
saidina Muhammad. Tidak bosan-bosannya kita kirimkan ke arwah nabi besar
Muhammad SAW.
Yang
saya hormati bapa ibu guru TPA, Bapak-bapak ibu-ibu hadirin wal hadirat,
istimewa teman-teman murud TPA Nurul Iman Setia Baru yang saya sayangi.
Bapak
Ibu Hadirin wal hadirot, judul pidato saya pada kesempatan ini adalah “Kisah
Siti Masitoh”
Siti Masitoh
adalah tukang sisir rambut putri Raja Firaun. Pada suatu hari, ketika Masyitoh
sedang menyisir rambut puteri Fir’aun itu, tanpa sengaja sisirnya terjatuh ke
lantai. Tak sengaja pula, saat memungutnya Masyitoh berkata : “Dengan nama
Allah binasalah Fir’aun.”
Mendengarkan
ucapan Masyitoh, Puteri Fir’aun merasa tersinggung lalu mengancam akan
melaporkan kepada ayahandanya. Tak sedikitpun Masyitoh merasa gentar mendengar
hardikan puteri itu. Sehingga akhirnya, ia dipanggil juga oleh Fir’aun.
Saat
Masyitoh menghadap Fir’aun, pertanyaan pertama yang diajukan kepadanya adalah :
“Apa betul kau telah mengucapkan kata-kata penghinaan terhadapku, sebagaimana
penuturan anakku. Dan siapakah Tuhan yang engkau sembah selama ini ?”
“Betul,
Baginda Raja yang lalim. Dan Tiada Tuhan selain Allah yang sesungguhnya menguasai
segala alam dan isinya.”jawab Masyitoh dengan berani.
Mendengar
jawaban Masyitoh, Fir’aun menjadi teramat marah, sehingga memerintahkan
pengawalnya untuk memanaskan minyak sekuali besar. Dan saat minyak itu
mendidih, pengawal kerajaan memanggil orang ramai untuk menyaksikan hukuman
yang telah dijatuhkan pada Masyitah.
Sekali lagi
Masyitoh dipanggil dan dipersilahkan untuk memilih : jika ingin selamat bersama
kedua anaknya, Masyitoh harus mengingkari Allah. Masyitoh harus mengaku bahwa
Fir’aun adalah Tuhan yang patut disembah. Jika Masyitoh tetap tak mau mengakui
Fir’aun sebagai Tuhannya, Masyitoh akan dimasukkan ke dalam kuali, lengkap
bersama kedua anak-anaknya.
Masyitoh
tetap pada pendiriannya untuk beriman kepada Allah SWT. Masyitoh kemudian
membawa kedua anaknya menuju ke atas kuali tersebut. Ia sempat ragu ketika
memandang anaknya yang berada dalam pelukan, tengah asyik menyusu. Karena
takdir Tuhan, anak yang masih kecil itu dapat berkata, “Jangan takut dan
sangsi, wahai Ibuku. Karena kematian kita akan mendapat ganjaran dari Allah
SWT. Dan pintu surga akan terbuka menanti kedatangan kita.”
Masyitoh
dan anak-anaknyapun terjun ke dalam kuali berisikan minyak mendidih itu. Tanpa
tangis, tanpa takut dan tak keluar jeritan dari mulutnya.
Saat
itupun terjadi keanehan. Tiba-tiba, tercium wangi semerbak harum dari kuali
berisi minyak mendidih itu.
Demikian
kisah Siti Masyitoh. Semoga bapak ibu hadirin wal hadirot sekalian bisa
mengambil hikmahnya, Wabillahitaufik wal hidayah. Wassalamualaikum
warohmatullahiwabarokatuh.
Disusun oleh : Husnijal, S.HI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar