Kamis, 09 April 2015

PIDATO SINGKAT Untuk anak-anak TPA/MDA


KISAH SITI MASYITOH"
            Bismillahirrohmanirrohim, Assalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh...
            Alhamdulillah. Alhamdulillah. Arsala rosu lahu bilhuda. Wadinilhaqq. Liyuz hiro alad dinikullih. Wakafa billahi sahida. Ashaduallailahaillallah. Waashaduanna muhammadar rosulullah. Allazi. La nabiya bakdah. Ammabakdu.
            Alhamdulillah. Bersukur kita kepada Allah. Atas segala limpahan rahmat dan karunianya. Sehingga kita telah bisa hadir diruangan masjid yang mulia ini.
            Kemudian solawat dan salam, berupa do’a “ Allahumma solli ala Muhammad waala alihi saidina Muhammad. Tidak bosan-bosannya kita kirimkan ke arwah nabi besar Muhammad SAW.
            Yang saya hormati bapa ibu guru TPA, Bapak-bapak ibu-ibu hadirin wal hadirat, istimewa teman-teman murud TPA Nurul Iman Setia Baru yang saya sayangi.
            Bapak Ibu Hadirin wal hadirot, judul pidato saya pada kesempatan ini adalah “Kisah Siti Masitoh”
Siti Masitoh adalah tukang sisir rambut putri Raja Firaun. Pada suatu hari, ketika Masyitoh sedang menyisir rambut puteri Fir’aun itu, tanpa sengaja sisirnya terjatuh ke lantai. Tak sengaja pula, saat memungutnya Masyitoh berkata : “Dengan nama Allah binasalah Fir’aun.”
           
Mendengarkan ucapan Masyitoh, Puteri Fir’aun merasa tersinggung lalu mengancam akan melaporkan kepada ayahandanya. Tak sedikitpun Masyitoh merasa gentar mendengar hardikan puteri itu. Sehingga akhirnya, ia dipanggil juga oleh Fir’aun.
           
Saat Masyitoh menghadap Fir’aun, pertanyaan pertama yang diajukan kepadanya adalah : “Apa betul kau telah mengucapkan kata-kata penghinaan terhadapku, sebagaimana penuturan anakku. Dan siapakah Tuhan yang engkau sembah selama ini ?”
           
“Betul, Baginda Raja yang lalim. Dan Tiada Tuhan selain Allah yang sesungguhnya menguasai segala alam dan isinya.”jawab Masyitoh dengan berani.
           
Mendengar jawaban Masyitoh, Fir’aun menjadi teramat marah, sehingga memerintahkan pengawalnya untuk memanaskan minyak sekuali besar. Dan saat minyak itu mendidih, pengawal kerajaan memanggil orang ramai untuk menyaksikan hukuman yang telah dijatuhkan pada Masyitah.    

Sekali lagi Masyitoh dipanggil dan dipersilahkan untuk memilih : jika ingin selamat bersama kedua anaknya, Masyitoh harus mengingkari Allah. Masyitoh harus mengaku bahwa Fir’aun adalah Tuhan yang patut disembah. Jika Masyitoh tetap tak mau mengakui Fir’aun sebagai Tuhannya, Masyitoh akan dimasukkan ke dalam kuali, lengkap bersama kedua anak-anaknya.
 
Masyitoh tetap pada pendiriannya untuk beriman kepada Allah SWT. Masyitoh kemudian membawa kedua anaknya menuju ke atas kuali tersebut. Ia sempat ragu ketika memandang anaknya yang berada dalam pelukan, tengah asyik menyusu. Karena takdir Tuhan, anak yang masih kecil itu dapat berkata, “Jangan takut dan sangsi, wahai Ibuku. Karena kematian kita akan mendapat ganjaran dari Allah SWT. Dan pintu surga akan terbuka menanti kedatangan kita.”
           
            Masyitoh dan anak-anaknyapun terjun ke dalam kuali berisikan minyak mendidih itu. Tanpa tangis, tanpa takut dan tak keluar jeritan dari mulutnya.
           
            Saat itupun terjadi keanehan. Tiba-tiba, tercium wangi semerbak harum dari kuali berisi minyak mendidih itu.
           
            Demikian kisah Siti Masyitoh. Semoga bapak ibu hadirin wal hadirot sekalian bisa mengambil hikmahnya, Wabillahitaufik wal hidayah. Wassalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh.


Disusun oleh : Husnijal, S.HI
Top of Form
Bottom of Form

Tidak ada komentar:

Posting Komentar