Jumat, 13 Mei 2016

Tukang buat stempel itu lebih modren dari saya.

Manusia sekarang sudah pintar dan modren modren. Kamis 12 mei 2016, lalu. Saya dibikin malu, ternyata tukang buat stempel itu lebih modren dari saya. Ketika itu, saya membacakan email. Saya baca masparitoke@gmail.com dengan masparitagmailtitikcom. Dia mengoreksinya @ dibaca "et" titik dibaca dengan dot. Hehe... Pernah juga saya dikritik oleh siswa ketika menyebut google dengan "gogel" . "Gugel" pak, katanya, suatu hari dikelas saya juga pernah menyebut upload, seorang siswi mengoreksi "apload pak.." hehe... Dulu seorang kawan mengabarkan tentang kelahiran anak pertamanya via sms. Bagian akhir smsnya ucapan doa, semoga jadi anak yang soleha. Saya balas smsnya. Menanyakan apakah anak nya itu laki-laki atau perempuan. Dia mengkritik lagi. Kan sms disebutkan semoga jadi anak SOLEHAH. Itu menandakan perempuan. Kalau SOLEH itu laki-laki. Heheh... Mereka lebih pintar pintar dari aku.

Rabu, 11 Mei 2016

Siapa Kakek Tua yang photonya sering dipajang di Rumah Makan Padang

DULU, saya sering kekota Padang. Diperjalanan biasanya bus tumpangan akan singgah di rumah makan, ketika itulah saya melihat photo kakek tua terpajang disana, ternyata bukancuma disatu rumah makan saja, tetapi dibyayk tempat. Setelah menemukan sebuah tulisan, barulah saya mengetahui siapa sebenarnya kakek tua itu. Ternyata Kakek yang fotonya sering terpajang di beberapa rumah makan padang atau kedai yang pemiliknya berasal dari Pariaman itu seringnya tidak memiliki hubungannya dengan si pemilik rumah. Mereka bukan keturunan dari kakek tersebut, mereka hanya pengagum atau orang-orang yang mengikuti ajaran yang dianut kakek tersebut. Orang-orang percaya, bahwa memajang foto kakek itu akan membawa keberuntungan, rizki dalam usaha mereka. Sebab, kakek tersebut dikenal keramat oleh mereka. Nama si kakek itu adalah Syech Kiramatulla Ungku Saliah, namun lebih dikenal dengan sebutan Angku Saliah atau Ungku Saliah. Ungku Saliah merupakan ulama yang berasal dari Kabupaten Padang Pariaman khususnya Kecamatan VII Koto Sei Sarik. Menurut berbagai sumber yang dihimpun, Ungku Saliah lahir sekitaran tahun 1887 dan merupakan penganut Mazhab Syafi'i. Nama Saliah sendiri merupakan sebuah gelar yang beliau dapati saat mempelajari ilmu tarekat dari gurunya karena beliau merupakan anak yang rajin belajar dan beribadah. Beliau memiliki murid dan pengikut yang sangat banyak. Semasa hidupnya, dari cerita orang-orang tua dulu dan pengikutnya, Ungku memiliki keistimewaan khusus layaknya wali Allah. Bila ada yang minta obat kepada Ungku Saliah terkadang beliau hanya mengambil sembarangan apa yang tampak di depan matanya. Seperti misalnya daun, rumput, batu atau yang lainnya. Ajaibnya benda-benda yang diambilnya mujarab jadi alat penyembuh. Cerita lain yang beredar adalah soal kehebatan Angku dalam memecah raga. Ungku disebut-sebut bisa menghadiri acara beberapa tempat yang berbeda di waktu yang bersamaan. Dan cerita yang paling dikenang oleh orang-orang tua adalah beliau pernah melempar batu kerikil saat air bah datang di sebuah kampung, air bah tersebut berbelok arah dan tidak jadi mengenai kampung. Ungku Saliah wafat 3 Agustus 1974 di Sungai Sariak, Pariaman. Makamnya dibuat gobah yang sampai sekarang tetap dikunjungi oleh para penziarah. Para pengagum dan orang-orang yang mengetahui cerita serta seluk beluk beliau pun ikut mengkramatkan foto beliau. Fotonya pun sering dijadikan 'jimat pelaris' dagangan. "Ungku tuh sakti. Inyo bisa mahilang. (Ungku itu sakti, dia bisa menghilang)" cerita Doni (32) pemilik rumah makan Padang di Pesakih, Kalideres, Selasa (6/5) saat diminta keterangan mengenai foto Ungku Saliah yang terpajang di dinding Kedai Nasinya. Doni merupakan salah satu pengagum dan penganut ajaran dari Ungku Saliah dan berasal dari Pariaman. Alasannya memajang foto Ungku saliah adalah identitas sebagai perantau orang Pariaman dan pengangum dari Ungku itu sendiri. Terlepas dari orang-orang yang memajang fotonya berharap dapat pelaris, menghormati Ungku Saliah dengan mengamalkan ajarannya jauh lebih baik bukan?

Senin, 02 Mei 2016

ANEKA GAYA

Camat sepertinya tak senang dikasih undangan

ANEKA GAYA.

Untuk mengenal aneka gaya manusia cobalah menjadi pengantar surat undangan.
seperti yang aku lakoni kamis 28 april 2016.
nampak nya dari sekian banyak jabatan manusia yang aku antar surat undangan, hanya camat yang tak senang menerima undangan (ini menurutku) muka nya masam sekali ketika menerima surat dariku. aku merasa malu dihadapan stafnya. berbagai tanda tanya dipikirannku, yang akhir aku beropini kalau ngasih undangan jangan langsung kecamatnya, ke stafnya aja, berjenjang naik bertangga turun.

Dang yang paling menyenangkan mengasih surat undangan adalah kepada kepala Penyuluh pertanian. karena berkecil hati atas pengalaman yang diberikan camat, gaya mengasih undangan ke kepala penyuluh pertanian ku ubah. begitu sampai kekantor itu, suara ucap salam sengaja ku keraskan, ku wibawa wibawakan agar orang yang ada dikantor agak takut, tapi tak ada yang menyahut, surat undangan itu ku letakkan saja di atas meja. belum sempat beranjak terlalu jauh, "Ada apa bang., " ada suara ibuk ibuk memangil. "Ngantar undangan itu di atas meja" jawabku agak kuat. "tolong buku tamu diisi dulu bang..." katanya. yang akhirnya, aku kembali kekantor itu, rasanya aku ingin berlama lama disitu. pekarangan kantor itu bersi dan tenang. itu lah 2 gaya manusia yang baru dapat aku tuliskan disini, hanya sekedar untuk mengurangi rasa kesal.